Kamis, 31 Desember 2009

SAAT SENJA

Akhirnya diriku sampai pada tanah senja yg memerah
Berkilat menembus kening yang basah
Ketika segala harap tak lagi menjanjikan apa yang diinginkan
Namun semua terasa selesai sementara waktu saja.

Jutaan lalu di mana kepala ini begitu penuh
Selalu setia menemani perjalanan yang panjang dan melelahkan,
lalu dunia menunjukkan keperkasaannya dengan utuh
Sebagai musuh dan teman yang membingungkan
Kerap kali menyuguhkan peristiwa
Manis maupun pahit bercampur getir berhampar peluh

Setiap musim hujan adalah luka
Pada dinginnya kita dipaksa diam
Mengulum sedih sampai berseri-seri kita
Menanti musim berikutnya
Mesti tak jelas akan brsahabat atau semakin membludak murka kita dibuat

Kepada mereka yg smpat menitipkan segudang gula2 khayal,
Agar kau baca apa yg tidak kutulis
Tapi kau fahami dngn gerakku yg ikhlas
Dan jngn kau lupakan untuk siapa kau brkata?
Untuk siapa kau tertawa?
Karna hanya tipu daya di dada dan
Sebilah pisau karat kau genggam di bibirmu yg merekah

Dan sampai kita di tanah semakin memerah
Pada sejumput sesal untuk diredam
Karena tidak ada jalan cerita lebih panjang
Untuk lakon pura2 dan pesta pora dusta.

(GG. Buntu 28 nov 2 tahun yg lalu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar