Kamis, 31 Desember 2009

SAJAK-SAJAKKU

SISA TAK SIA-SIA

Sepertiga malam kukunyah hingga kenyang
Dengan segelas geram yang menguap asap berang.
Hanya cemas melingkari ruang menghimpitlah kelam
Resap dalam-dalam di dada lebam.
Kupuja sisa-sisa malam bertabir dekap
Seribu roman di kubus-kubus gelap
Tinggallah keramaian untuk dinikmati sekejap.

Ada siang yang terang pantulkan gemerlap
Nur merasuk bola mata pasrah menatap.
Tidak ada alasan untuk kita sia-sia
Meraup seribu sapa untuk senyum yang tersisa.

Sengaja malam kusantap
Siang kulahap.
Dan kau adalah saksi langkahku
Kau adalah pahit dan manis ceritaku
Belati yang gores kening mudaku.

Kusampaikan syukur di atap peraduan
Bersama bahagia yang kau timang ringan
Serta buaian mimpi yang pernah kau harapkan.

Aku akan tetap ada
Merangkul sisa mimpi-mimpi kita
Meski tak lagi kau ada.
Ciputat, 13 Nov 2007


SAAT SENJA

Akhirnya diriku sampai pada tanah senja yg memerah
Berkilat menembus kening yang basah
Ketika segala harap tak lagi menjanjikan apa yang diinginkan
Namun semua terasa selesai sementara waktu saja.

Jutaan lalu di mana kepala ini begitu penuh
Selalu setia menemani perjalanan yang panjang dan melelahkan,
lalu dunia menunjukkan keperkasaannya dengan utuh
Sebagai musuh dan teman yang membingungkan
Kerap kali menyuguhkan peristiwa
Manis maupun pahit bercampur getir berhampar peluh

Setiap musim hujan adalah luka
Pada dinginnya kita dipaksa diam
Mengulum sedih sampai berseri-seri kita
Menanti musim berikutnya
Mesti tak jelas akan brsahabat atau semakin membludak murka kita dibuat

Kepada mereka yg smpat menitipkan segudang gula2 khayal,
Agar kau baca apa yg tidak kutulis
Tapi kau fahami dngn gerakku yg ikhlas
Dan jngn kau lupakan untuk siapa kau brkata?
Untuk siapa kau tertawa?
Karna hanya tipu daya di dada dan
Sebilah pisau karat kau genggam di bibirmu yg merekah

Dan sampai kita di tanah semakin memerah
Pada sejumput sesal untuk diredam
Karena tidak ada jalan cerita lebih panjang
Untuk lakon pura2 dan pesta pora dusta.

(GG. Buntu 28 nov 2 tahun yg lalu)


LEBURLAH JARAK

Mungkin kekeuatan hati selalu terbatasi
Akan kekuatan waktu yang tak mampu dihalau
Sebab ia berputar terlalu jujur pada jalur
Yang termaktub dan menghancurkan janji

Aku tersungkur dan kuyup pada galau
Aku bersyukur pada jemari yang menghalau
Cahaya mata dan nurani yang hampir tanpa arti
Menemui kembali pada sumpeknya mimpi

Sahaya mohon makbul pada rendahnya diri
Demi seutas janji yang belum ditepati
Agar lapang dada ini
Hancurkan dindingdinding pengap yang kukutuki

Ingin aku menjawab pertanyaan liar
Yang hambur di seluruh urat
Musnahkan sukar yang mekar
Leburkan pasti menuju sekat

Biar kulalui jeda itu
meski harus membatu dan menunggu
lafazku sungguh-sungguh
dan kau famahi detak itu

Antara kita tak harus sekat
Antara kita tak mesti dekat
Ada jarak yang tak berjarak
Dan kita selalu terikat

Ciputat, 27 Oktober 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar